LASKAR PANGGUNG BANDUNG Terus Manggung Dari Panggung Ke Panggung

Dalam suka Dalam duka Senantiasa kita bersama Kala lara Kala canda Senantiasa kita berkarya Laskar Panggung terus manggung dari panggung ke panggung Setiap waktu selalu bersatu Menuju Sesuatu

SANG PENDIRI LASKAR PANGGUNG

Yusef Muldiyana salah seorang pendiri Laskar Panggung Bandung

Sabtu, 30 Oktober 2010

orhien rina lagi nyanyi

Diposting oleh LASKAR PANGGUNG BANDUNG di 18.26

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Bagikan ke X Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Logo Laskar Panggung Bandung

Cap Laskar Panggung Bandung

Tentang Laskar Panggung

LASKAR PANGGUNG BANDUNG: Laskar Panggung Bandung adalah suatu komunitas teater yang sangat produktif dan telah menggelar kurang lebih 400 pertunjukan teater. Komunitas ini didirikan pada tanggal 20 November 1995. Pendiri Laskar Panggung Bandung antara lain adalah Yusef Muldiyana, Deddy Koral, Anthon Justian, Doni Achmad, Gaus FM, Aendra Medita, Sarwoko , dll.

Lihat profil lengkapku

Pernahkah anda menyaksikan pertunjukan LASKAR PANGGUNG?

Deddy Koral

Deddy Koral salah seorang pendiri Laskar Panggung Bandung

Ria Elisa Mifelsa Marbun

Ria Elisa Mifelsa Bandung cukup lama mengetuai Laskar Panggung Bandung sebelum digantikan oleh Kemal Ferdiansyah

Tiwi Shakuhachi

Pemusik kebanggaan Laskar Panggung Bandung

Ozzol Ramdan

Ramdan Setia, salah seorang aktor Laskar Panggung yang telah menjadi celeb, ia menjadi pemeran utama serial tv "suami-suami takut istri"

Entri Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

LASKAR PANGGUNG BANDUNG

Arsip Blog

► 2011 (6)
- ► Juli (4)
- ► Maret (2)

▼ 2010 (5)
- ► Desember (1)
- ► November (2)
- ▼ Oktober (2)
  - orhien rina lagi nyanyi
  - ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari ...

Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

Duet Yusef Muldiyana & Leo Kristi

Di Aula Timur ITB 13 November 2010

Menyanyikan Lagu-lagu Leo Kristi

Laskar Panggung Dalam Konser Rakyat Leo Kristi

Entri Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

Entri Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

Bulan dan Kerupuk

Pementasan Berjudul Bulan & Kerupuk di STSI Padang Panjang dalam rangka Pekan Apresiasi Teater ke IV STSI Padang Panjang

Panglima Laskar Panggung. Kemal Ferdiansyah saat ini menjadi ketua Laskar Panggung menggantikan ketua sebelumnya , Ria Elisa

Ray Soraya Utami

Siap menjadi PR Laskar Panggung Bandung

Misda

Dari Wak Menuju Tu

Saqila Chequile

Turut berduka atas meninggalnya Mbah Marijan

Yashinta Riyana

Sinta ini merupakan pemeranan utama dalam pementasan "Manusia Dalam Botol" karya/sutradara Yusef Muldiyana yang dipentaskan pada bulan April tahun 1996 di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung. Selain piawai dalam seni peran dia juga merupakan taekwondoin yang pernah menyabet medali perak dalam kejurnas. Ia sudah lama tak berkunjung ke Laskar Panggung karena sedang asyik berteater dalam rumah tangga bersama suami dan anaknya

Dian Lidia Handayani

Lama aktif di Laskar Panggung Bandung

Irwan Jamal

Kakak kandung Kemal Ferdiansyah ini bergabung dengan Laskar Panggung pada tahun 1996 sebelum mendirikan Teater Cassanova dan Pabrik Teater Irwan Jamal. Sedang menjalin hubungan serius dengan Heliana Sinaga.

Pandan

Seperti halnya Yashinta. Dwipandanwangi juga merupakan aktris Laskar Panggung yang kini telah mengurus ketiga anaknya dan mengurus suaminya yang bernama Imam D Kamus yang merupakan salah seorang pemusik yang sering terlibat di Laskar Panggung Bandung

CATATAN MBIE C NOER SETELAH MENYAKSIKAN PEMENTASAN "SIKAT SIKUT SAKIT" LASKAR PANGGUNG BANDUNG

PEMENTASAN TEATER "SIKAT SIKUT SAKIT" Karya: YUSEF MULDIYANA - 20 & 21 Agustus 2010

oleh Rumli Chairil Noer pada 23 Agustus 2010 jam 16:41

PEMENTASAN TEATER "SIKAT SIKUT SAKIT" Karya: YUSEF MULDIYANA - 20 & 21 Agustus 2010

A: Halaman Gedung Indonesia Menggugat; Tempat Ambulan datang membawa 'si sakit'

B: Ruang tempat berjajar kuburan2.

C: Ruang Tunggu

D-E: Kamar Pasien dan Ruang Musik

F: Ruang Luar RS.

Penonton mengikuti pertunjukan sejak dari area A lalu masuk melalui area B untuk menyaksikan pertunjukan di area C.

Kemudian penonton bergerak dan dipersilahkan memilih masuk ke area C atau D untuk menyaksikan pertunjukkan yang sama dengan pola 'cerita' bergiliran; jika di C sedang berlangsung cerita X, maka di D berlangsung cerita Y, kemudian nanti akan bertukar jika di C ada Y maka di D ada X.

Terakhir seluruh penonton kembali ke area C sampai bertunjukan selesai.

Area F berfungsi sebagai 'back stage' namun sekaligus juga 'stage' dan area penonton yang memilih menonton berdiri lewat jendela.

Diawali raungan sirene mobil ambulan yang datang membawa pasien. Lalu kesibukan perawat. Dst.

Hadir di pementasan Sikat Sikut Sakit (SSS) sungguh sangat menggairahkan seluruh sendi lahir dan batin. Yusef Muldiyana harus dikatakan disini, dalam karyanya SSS ini telah berhasil mengolah ketidakmapanan sebagai moral dasar berkesenian dengan cara j-e-n-i-u-s : jelas – enak – nantang –intim – unpredictable – sensual.

SSS adalah salah satu dari peristiwa teater yang penting di Indonesia, lantarannya adalah kemampuannya dalam bersikap; kebebasan eksplorasinya tidak menjadi tujuan estetika akan tetapi dikerjakan dengan cepat, keras, total sebagai ritual perlawanan logika teater pada realitas sosial dengan cara yang tidak banal.

Lewat SSS jiwa raga penonton terasa menjalani terminasi bertahap, dari kondisi trance pada sosial disorder Indonesia menjadi kondisi sadar, bahwa saatnya diri ini secara sungguh-sungguh menghayati arti kalimat: saya adalah salah satu dari mereka.

Dengan menggunakan dunia rumah sakit sebagai teks dasar,Yusef lewat SSS membedah dirinya untuk mencari kegalauannya yang liar, liat,lucu dan kadang kejam. Gedung Indonesia Menggugat yang didekor menjadi rumahsakit sederhana, secara subversif memprovokasi ke setiap persepsi. Analis secara analitik, yang skeptik, yang komik dst. Refleksi subyektif dalam persitiwa SSS tidak lagi sensasi rutin. Keterhiburannya silih berganti dengan rasa penting yang jalin menjalin dengan rasa kagum dan cemburu. (Kecemburuan ini berasal dari rasa kering yang menyulitkan setiap niat dan aksi perbuatanyang bermutu, hal ini akibat dominasi budaya politik kekuasaan yang terus menyebarkan berbagai formula virus kegilaan; disorderismus– bb, agar tetap bertahan secara patriotik sebagai terjajah).

Di SSS pengunjung rumah sakit, pasien, pedagang roti,pedagang koran, dokter, perawat semuanya menjadi realitas yang sumpek, pengap,hegemonik sekaligus imajiner. SSS menjadi totalitas peristiwa senyata kegalauan realitas seorang "Vincent van Gogh" (Tisna Sanjaya). Kebudayaan umat agama gagal mempertahankan pembeda dosa dan pahala. Kecelakaan dan menyakiti diri dianggap memiliki kharisma yang sama.

SSS dengan rileks tapi jelas menutup peristiwa dengan nyanyian bersama, sebuah hymne kesakitan, yang minornya sesyahdu nyanyian regu pramuka dalam satu perkemahan malam. Dan seluruh hadirin tanpa kecuali, dalam satu ruang bersama, bertepuk riang bagaikan usai peniupan lilin ulang tahun.

Akhirnya harus ditulis di sini, telah lahir dengan tekun sebuah kemantapan teater yang lugu sekaligus rumit, yang riang sekaligus garang, yang cerdas tapi tidak sombong dan membodohi, ia adalah pementasan Sikat Sikut Sakit karya Yusef Muldiyana.

Semoga romantika pencapaian kesenian Yusef ini, meski bisa dikatakan lumayan sudah tua, harus terus makin optimis seperti percakapan pasien tua yang kaya (Muhamad Sunjaya) dan perempuan tua yang menjenguknya (YatiSuyatna Anirun), keduanya meski sudah tua renta masih tetap genit dan gigih mengolah potensi percintaannya, meski tetap dibayang-bayangi kondisi yang tak merestuinya.

Sudah saatnya Yusef bersama kelompoknya Lasykar Panggung Bandung memiliki sebuah padepokan di Kota Bandung, padepokan Laskar Pangung Bandung Yusef Muldiyana ini yang akan menjadi laboratorium sekaligus panggung arena bagi siapa saja yang ingin menjalani terminasi bertahap guna kesehatan persepsi keindahannya..tentunya ala Yusef.

Produksi: LASKAR PANGGUNG BANDUNG kerjasama YAYASAN KELOLA & HIVOS.,Didukung 40 aktor berkolaborasi dengan: Muhamad Sunjaya (Aktor, STUDI TEATER BANDUNG), Tisna Sanjaya ( Pelukis, DOSEN SENI RUPA ITB )., 20 & 21 Agustus 2010 - Tempat Gedung Indonesia Menggugat - Bandung

foto-foto karya: Panji Siswanto Bin Suparlan

embie c noer

Berfoto sehabis pentas

sehabis pentas SIKAT SIKUT SAKIT

SIKAT SIKUT SAKIT

Kisah Sebuah Negeri yang Sakit
Sabtu, 28 Agustus 2010 | 13:07 WIB
Besar Kecil Normal
foto

Pementasan karya inovatif garapan kelompok teater Laskar Panggung Bandung berjudul Sikat Sikut Sakit karya Sutradara Yusef Muldiyana di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat. (TEMPO/GERRY ANDRIA)

TEMPO Interaktif, Bandung -Sirene ambulans meraung-raung. Dari pintu belakang mobil, para perawat sibuk mengeluarkan seorang pasien dengan tubuh penuh bebat dan luka. Puluhan orang mengerumuninya. Sebagian lagi, yang sedang antre di pintu masuk, menyingkir untuk memberi jalan.

Tak lama berselang, seorang suster meminta puluhan orang agar masuk ke ruang tunggu dengan tertib. Mereka yang tak kebagian bangku memilih duduk di lantai beralas tikar dan koran. Dalam hitungan menit, ruang tengah Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, yang disulap menjadi ruang tunggu Rumah Sakit Barayaku Yasadaya itu penuh sesak.

Ratusan penonton hanya menyisakan dua lorong yang masing-masing selebar satu meter. Jalan sempit itu menjadi salah satu panggung bagi pementasan drama Sikat Sikut Sakit oleh Laskar Panggung Bandung, Jumat malam pekan lalu. Di situ, para pemain yang hilir-mudik harus melangkah hati-hati agar tak tersangkut kaki atau lutut penonton.

Teriakan tukang roti mengawali suasana hiruk-pikuk rumah sakit. Berikutnya, lewat tukang koran yang diperankan perupa Isa Perkasa. Menyusul kemudian kelompok dokter yang melintas sambil menjelaskan penyakit dan istilah medis lainnya kepada mahasiswa kedokteran di belakangnya. Pemakaian bahasa asing, seperti Arab dan Jepang, menggelitik tawa penonton.

Lalu muncul tokoh Tuan Sampoerno yang diperankan aktor teater gaek Mohamad Sunjaya, 73 tahun. Kepada seorang suster yang memapahnya, ia mengatakan harus dirawat karena asam uratnya kambuh gara-gara makan melinjo pemberian Tisna Sanjaya.

Perupa yang menjadi pasien sakit jiwa itu disebutnya juga mengidap sakit Van Gogh alias budek. Dengan bahasa Jerman dan Indonesia, penjelasan sakit telinganya karena teriris pisau juga membuat penonton terkikik.

Tisna, yang malam itu lebih banyak mengandalkan bahasa tubuh dan keahlian gambarnya, berkostum ikatan perban. Punggungnya menggendong dua kanvas berukuran sekitar setengah dan satu meter yang dibawanya ke mana-mana sambil tangannya menggambar wajah-wajah penonton dengan arang. Rumah sakit itu memang tak cuma menampung pasien yang sakit secara fisik, tapi juga psikis.

Pertunjukan itu menawarkan inovasi yang tak lazim. Dengan mengubah interior gedung, kelompok teater berusia 15 tahun tersebut membawa penonton hanyut dalam suasana rumah sakit dan menyelami segala permasalahannya. Dengan pengalaman pribadi masing-masing, misalnya, setiap penonton bahkan merasa bebas menjadi seperti pasien atau penunggu si sakit.

Interior dibuat semirip mungkin seperti di rumah sakit. Kerja keras bagian properti dan penata artistik itu tampak dari pemasangan tirai antartempat tidur pasien, meja dorong, kursi roda, atau ranjang dorong. Beberapa properti tampak harus dibuat sendiri, seperti bangku penunggu dan ranjang pasien.

Lakon karya sutradara Yusef Muldiana itu berkisah tentang kondisi rumah sakit yang hiruk-pikuk. Sebetulnya drama sepanjang dua setengah jam itu menggambarkan kondisi negeri ini yang kacau-balau, kemacetan lalu lintas, materialisme, cinta dunia, dan kekuasaan uang. Anak-anak kecil yang berseliweran di rumah sakit sambil menghafal istilah medis, misalnya, bertutur tentang hilangnya tempat bermain bagi anak-anak dan kian sempitnya ruang publik.

Karut-marut situasi itu juga membawa kita ke pertanyaan mendasar tentang istilah rumah sakit. "Apakah rumah untuk orang sakit, atau rumahnya sedang sakit," kata Sugiyati Suyatna Anirun, yang berperan sebagai Putri Kawih. Rumah sakit itu nyaris tak punya tempat lagi untuk mengurus penyakit, kecuali menjadi tempat orang-orang yang berdagang atau mencari keuntungan uang semata.

Mengusung persoalan sehari-hari di masyarakat, Yusef membalutnya dengan humor. Lucu tapi sering menyakitkan. Seorang istri, misalnya, enggan dibawa ke rumah sakit oleh suaminya karena mencemaskan biaya pengobatan yang mahal. Ia memilih mati daripada suaminya jatuh miskin. Di adegan lain, seorang suster marah-marah sambil menelepon ketika belum tuntas menjelaskan soal hipertensi.

Dari ruang tunggu, penonton kemudian diarahkan masuk ke ruang lain sesuai dengan nomor kartu yang dipegangnya. Dua ruang sayap Gedung Indonesia Menggugat itu diubah menjadi kamar perawatan pasien. Dalam dialog dokter dengan pasien, penjenguk, wartawan, dan suster, disisipkan komedi. Taburan istilah dan penjelasan penyakit, seperti meningitis, alzheimer, gigi berlubang, leukemia, dan kanker payudara, pun keluar dari para suster dan dokter.

Laskar Panggung terasa seperti sedang berkampanye sekaligus memberikan oleh-oleh tontonan berupa pengetahuan berbagai penyakit. Puncaknya, semua penghuni rumah sakit, dari tukang roti, calo antrean pasien, hingga dokter dan pasien, berubah menjadi gila. Mereka tak bisa lagi menyembuhkan pasien karena tak bisa mengobati penyakit mereka sendiri.

ANWAR SISWADI

Yayan Kato Musiarso

Katho adalah pemusik langganan Laskar Panggung Bandung. Ia mulai bergabung dengan Laskar Panggung pada pementasan "Muslihat Akbar" (Tabib Gadungan) Karya Molliere yang dipentaskan di Bandung tahun 2003

CATATAN FERDY SETELAH NONTON "SIKAT SIKUT SAKIT" Laskar Panggung Bandung

MATINYA PANGGUNG JAKARTA #1

oleh Foltrus Ala Xolace pada 03 Oktober 2010 jam 2:11

MATINYA PANGGUNG JAKARTA

Sikat Sikut Sakit karya Laskar Panggung Bandung dan Mandulnya Ekplorasi Teater Jakarta

Apa yang tidak ada di Jakarta? Kalau tidak salah begitulah yang saya banggakan sebagai Warga Jakarta dengan KTP mentereng Daerah Khusus Ibukota, yang selalu saya bawa—kalaukalau ada operasi yudisial di jalan.

Tapi ada yang dilewatkan Jakarta, ya sesuatu yang barangkali selalu menghantui kita. Jakarta sebagai Kota Megapolitan selalu saja menawarkan kilau pundit yang berwarna menyala, yang akan menarik semua mata untuk menoleh dan membuat kaki pelancong semangat melangkah lantas menetap berhiaskan mimpimimpi menjadi lebih baik—setidaknya bersembunyi dari kenyataan bahwa “Saya dulu miskin di desa.”

Disinilah kegeelisahan dimulai. Panggungpanggung budaya khususnya pertunjukan di Jakarta mulai terkikis keindahannya, pun tetap berdegup namun entah mengapa denyut itu hanya untuk sekedar hidup dan merasa, bukan untuk berperang dan berjuang.

Ada lima gedung pertunjukan sakti di Jakarta yang keangkerannya sangat dikagumi oleh siapapun penggerak kesenian di Indonesia. Lima Panggung utama inilah tujuan dimana misi Budaya berbenturan dengan misi entrepreneurship yang terus diembuskan ke kepala setiap seniman. Padahal kebertahanan seni adalah kewajiban pemerintah, bukan kewajiban seniman saja.

Seni akan mati jika pemerintah hanya memandang tren kapitalisme adalah sesuatu yang harus diikuti untuk bertahan dalam pergaulan global. Oleh karena itu pemerintah hanya membuka matanya pada bidang pariwisata dan meninggalkan kesenian (khususnya pertunjukan) ke dalam liang lahat yang sengaja mereka gali. Kealpaan inilah yang akhirnya mengonsepsi pemikiran seniman/budayawan untuk melacurkan diri kepada luar untuk didanai, dan lihatlah program hibah kesenian menjadi semacam lomba untuk penghidupan. Lalu dimanakah kita berada dan berbakti sebetulnya? Dimana kinerja pemerintah untuk memperhatikan kesenian? Barangkali mereka mungkir sambil berkata “Masih banyak masyarakat yang lapar.”

Matinya panggung Jakarta adalah bentuk dimana peristiwa seni terjadi akan tetapi pada porsi yang selalu sama. Kegelisahan ini terjadi saat saya menyaksikan bagaimana Laskar Panggung Bandung menggelar pertunjukan ‘inovatif’ dengan lakon Sikat Sikut Sakit dimana pertunjukan itu dilakukan di tiga ruangan yang berkesinambungan yang dijadikan set sebagai rumah sakit. Disini penonton diajak berinteraksi secara langsung sebagai pasien yang sedang mengantri giliran untuk diperiksa, dan penonton dibawa untuk ‘melihat’ bagaimana ritme pertunjukan yang secara ‘tidak sengaja’ dihadirkan di ruang publik, seperti yang biasa kita saksikan dimanamana lewat kebiasaan menguping.

Eksplorasi yang saya sebut sebagai Space Vehicle Stage ini dipakai oleh Laskar Panggung Bandung untuk meredakan (mungkin) ‘kegelisahan’ terhadap keadaan panggung yang seperti itu saja. Dimana mungkin sutradara (Yusef Muldiyana) sudah bosan untuk membedah bagaimana usangnya proscenium. Maka ia hadirkan sebuah realitas dalam ruang (Space) dan alur sebagai kendaraan (Vehicle) yang mengendalikan posisi pemanggungan (Stage).

Berangkat dari teori Postmodern mengenai arsitektur, metafisik serta waktu dan ruang (Space and Time) dalam pertunjukan ini kita diajak menjelajah realism in public dormitory yang seringkali lebih tidak nyata ketimbang realitas itu sendiri. Secara kasat mata dan narasi cerita bentukbentuk narasi aktor mendekati gagasan tentang karnavalistik, akan tetapi mungkin peretasan diskursus mengenai penyakit-pesakitan dan segala sesuatu yang tidak berhubungan menjadikan pertunjukan ini seperti tidak memiliki nilai ‘argh!’ terlebih lagi dialogdialog yang sifatnya ‘kuliah’ secara ekplisit dan ‘implisit’ mengurangi kesan realisme ruang publik yang mungkin saja menjadi tujuan pertunjukan atau setidaknya yang dipercayai penonton.

Bagian akhir yang berlebihan atau bisa saya katakan kurang berkenan, dimana aktor-aktor seperti menjadi penyampai pesan ‘moral’ (RASUL, hehehe) sepertinya mencederai kecerdasan yang sudah dipakai penonton untuk menggapai nilai estetik dan peran moralitas dialog-dialog indah yang sudah diberikan pada tiap adegan.

Akan tetapi secara keseluruhan inilah pertunjukan yang indah, intelektual, dan sangat eksploratif baik secara naskah ataupun konsep pertunjukan. Mungkin eksplorasi panggung seperti inilah yang harus dibangun para penggiat seni pertunjukan untuk merasa lelah dengan bentuk konvensionalitas. Taruhlah panggung Yunani yang usang dan sakral itu hanya digunakan untuk semacam ziarah dan nostalgia. Sudah cukup kita menggunakan arti kanan-kiri pada wing sesuai konvensi wayang, atau bagaimana dengan konsep-konsep guerilla teather yang sangat dominant pada era 60-an di Amerika? Off-broadway dianggap usang dan munculah off-off-Broadway.

Bentuk eksplorasi inilah mungkin yang ingin dikembangkan FTI dalam monolog ruang publiknya akan tetapi sayang sekali konsep yang begitu bagus kurang dinaungi oleh SDM yang bertanggung jawab secara keilmuan dan yang masih saja menjadikan teater sebagai bahan ekspresi bukan berpesan (ekspresi lebih dulu, pesan belakangan)—yang menurut saya ini adalah tingkat apresiasi terendah dalam sebuah penciptaan. Memang dalam era hyper-realism saat ini individu dan bentuk interaksinya adalah bagian terpenting, keintiman adalah narasi simbolik dari hidup yang bahkan beyond hyper-realism.

Festival-festival teater dijadikan alat untuk melihat kuatnya dramaturgi dasar, bukan sisi eksplorasi dari keterbatasan, keaktoran memang penting akan tetapi bukankah Jerzy Grotowski sudah menjelaskan keaktoran dengan bentuk trance sebagai akhir dari realisasi jiwa dari Stanilavski, Bolevlaski ataupun Brecht. Bahkan bagi yang membaca Artaud akan mengerti mengapa bentuk eksplorasi pertunjukan bukan hanya mengandalkan kekuatan aktor namun juga narasi simbolik yang mewakili interaksi cerita dengan cerita lain.

Akankah nasib teater di Jakarta (Diatas SMA) akan bernasib sama seperti musikmusik Major Label yang hanya bisa mengeja “C-I-N-T-A” tanpa bisa memaknainya sebagai bentuk eksplorasi? Apakah nasib Teater Jakarta akan sama seperti kucni gitar bandband kacangan yang hanya bergerak pada “C-Am-Dm-G?” Atau akankah eksplorasi kita mencapai titiktitik sufistik pada pemikiran manusia? Bentukbentuk pertunjukan akan menjadi kaya akan pemikiran, penonton akan senang berfikir dan tergugah akan pemikiran? Bukan sebuah cerita hambar realitas tolol berating tinggi atau alasanalasan moral berbasis kapitalis yang dihadirkan lewat tayangan sinetron religius?

Saya hanya mampu menulis dan menulis, karena saya adalah orang Jakarta yang panggungnya sudah mati, mungkin hidup namun tidak bernyawa. Kegelisahan hanya ada pada bentuk pra-teks sedangkan text-nya sendiri adalah perjalanan ziarah yang bahkan tidak membangkitkan kerinduan, sekedar jalan saja tanpa merasa ada tujuan. Saya sedih, ayolah berkarya lagi.

Salah satu adegan. Foto oleh BULAN ANDY WIGUNA

SIKAT SIKUT SAKIT

Ria Elisa Mifelsa saat memerankan pasien tua dalam teater inovatif Sikat Sikut Sakit

Tentang Laskar Panggung Bandung

TEATER LASKAR PANGGUNG

Meringankan Yang Berat

Teater Laskar Panggung didirikan di Bandung, 20 November 1995. Pendirinya; Yusef Muldiyana, Deddy Koral, Anton Justian, Gaus FM, Doni Achmad, Aendra Medita, Dyanto, Sarwoko. Keinginan mencipta gaya berteater yang lain daripada yang lain, jadi motivasi terbesar saat mendirikan kelompok itu. Laskar Panggung kemudian jadi wadah berekspresi dengan gabungan serta pengembangan gaya Arifin dan Yusef Muldiyana. Sekitar 247 pementasan telah diproduksi, baik pentas sendiri maupun produksi pesanan yang berdurasi 7 hingga 20 menit.

Pentas perdana mereka, Manusia Dalam Botol, 1996. Ditulis dan disutradarai Yusef dan digelar di Gedung Kesenian Rumentang Siang. Yusef memberi uang saku setiap latihan, sebagai ‘penghargaan’ bagi kesejahteraan pemain. Di sela-sela proses latihan, Yusef menerima banyak pesanan happening art, yang dimanfaatkan sebagai media publikasi pentas utama. Pentas di Gedung Kesenian Rumentang Siang, yang kala itu kumuh dan jarang penonton, mendapat kesan baik. Yusef dan Laskar Panggung mempelopori penggunaan gedung dan sukses menggaet banyak penonton. Pentas digelar siang malam, selama 5 hari.

Sukses dengan Manusia Dalam Botol, Yusep menulis naskah dan menggarap Lautan Membatu, 1996. Dalam proses, Yusef selalu melakukan subsidi silang. Dia juga menerima pentas-pentas pesanan yang menghasilkan uang cukup besar untuk menutupi biaya produksi pentas utamanya.

Dalam Bulan dan Krupuk, yang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya-TIM, Jakarta, 1999, kritikus menyebut Yusef sebagai penerus Arifin. ‘Neo Arifin C Noor’, bahkan disebut ‘jelmaan Teater ketjil’. Sebagai yang pernah berguru dan terlibat dalam banyak produksi Arifin, baik teater maupun film, Yusef tidak menafikan hal itu. Namun, dia juga menegaskan, telah terjadi banyak perkembangan dari dasar yang didapat kala di Teater Ketjil.

Bulan dan Krupuk tidak lepas dari pengaruh Arifin, Yusef meramunya dengan mengembangkan cara fabel ala Bertolt Brecht. Naskah ini menceritakan sepasang manusia bernama Ipah dan Jalu, sebagai representasi kaum miskin yang memiliki berjuta harapan dan impian. Digarap eksploratif, kaya akan daya ungkap, imajinatif. Bulan dan Krupuk digelar sebanyak 64 kali.

Dalam Kutu-kutu Kota Kita, Yusef juga menghadirkan karakter-karakter masyarakat kelas bawah dan ikon penguasa. Lakon berkisah tentang Masdi dan Arnum. Sejak kecil bersama, ketika dewasa Arnum jadi penggerak demonstrasi buruh kasar dan Masdi jadi walikota. Arnum menuduh pemerintah sebagai ‘Kutu-kutu Kota’, karena sering memeras rakyat demi keuntungan pribadi, dan korupsi. Sebaliknya, Masdi, yang walikota, justru menganggap Arnum dan kawan-kawannya itu ‘Kutu-kutu Kota’.

Ngompol di Langit, Mengencingi Kepala Ibu, menyusul. Dan Yusef tetap menghadirkan gayanya yang khas. Karya ini merupakan protes terhadap kerancuan masalah sosial politik di Indonesia. Saat menggarap karya-karya Arifin C Noer, Yusef tak merasa terbebani dan tetap bermain dengan ciri khasnya. Ketika menggarap Antigone karya Sophocles, Yusef memilih setia pada teks dengan mengandalkan kekuatan para aktornya. Kecerdasan Yusef adalah kelihaiannya ‘meringankan yang berat’. Kecenderungannya tampil lewat nuansa humor dan parodi, berpengaruh pada tragedi Antigone yang berdurasi 90 menit itu. Lagu-lagu berirama pop dan nyanyian ritual Islam dihadirkan.

Yusef berprinsip, dalam proses kesenian yang nomor satu bukan dana, tetapi daya dan upaya untuk tetap bisa berkarya. Dia juga menitikberatkan pada eksplorasi dan proses yang terus-menerus. Ketika menyutradarai, dia terlihat seakan tengah ‘bermain-main’. Laskar Panggung menjadi wadah bagi permainan yang bebas. Karya-karyanya merdeka dengan imajinasi yang bervariasi. Didukung lebih dari 50 anggota yang aktif, pilihan nama Laskar panggung sangat jelas menunjukkan hasrat berjuang dengan kesadaran, perjuangan itu panjang, melelahkan dan perlu ketekunan.

SIKAT SIKUT SAKIT

Ria Elisa Mifelsa & Lestea

Kireina Tensai Sebagai Juleha

Dari Wak Menuju Tu

Juleha

Dari Wak Menuju Tu

Salah stu pementasan Laskar Panggung Bandung

Ngompol Ketika Kursi Di Atas kepala (karya/sutradara: Yusef Muldiyana) di GKJ 2004

Beberapa catatan tentang pertunjukkan Laskar Panggung Bandung

09 Juli, 2008

Teater Alternatif: Sebuah Indonesia yang Sakit

Oleh: Afrizal Malna

MANUSIA telah sangat sibuk dengan kaleng blek yang gedombrang-gedombreng. Tubuh dan kepala manusia sudah sangat gaduh. Manusia telah menjadi pusat kebisingan dalam pertunjukan Teater Laskar Panggung dari Bandung. Kepala manusia juga telah berada dalam kotak kerangkeng, beradu satu sama lain seperti hewan-hewan berkepala keras. Punggungnya yang telanjang telah menjadi tempat pembuangan reak, lendir yang keluar dari tenggorokan makhluk bertubuh besar dalam pertunjukan Sanggar Kampung Seni Banyuning dari Bali. Lalu mereka berteriak siapa yang mau menyumbang kemaluan untuk memperbaiki bangsa kita.

Buset.

Kita telah saling mereproduksi kekecewaan dan kebingungan menjadi kecemasan yang masif di atas pentas.

Dan lingkaran.

Apakah lingkaran yang berputar itu? Teater yang berputar dalam lingkaran yang dibuatnya sendiri. Apa yang harus kita lakukan menghadapi lingkaran berputar itu? Pelembagaan waktu dalam memori penonton mulai terusik, mekanismenya mulai terganggu. Kesadaran akan alur waktu mulai rusak. Waktu yang berputar sebenarnya sedang bergerak menuju ke manakah? Kita tak punya hak membuat plot waktu seperti lingkaran. Dan ruang harus diisi kembali oleh sikap negatif terhadap kekosongan.

Mengapa beberapa kelompok teater melakukan adegan berputar yang sangat lama, seakan-akan seluruh gerak waktu sedang ditarik kembali ke sebuah pusat-sebuah ajakan untuk berkumpul, seperti dilakukan Teater Kidung dari Solo, dan lampu yang dipadamkan cukup lama sehingga penonton mulai kasak-kusuk lewat suara batuk-batuk kecil. Bahkan sepanjang pertunjukan Teater Pasdokarma dari Bengkulu diisi dengan adegan berputar-lama, lama sekali. Atau pergantian blocking yang monoton, hampir tanpa peristiwa seperti dilakukan Teater Mata dari Aceh.

Inilah beberapa tema mengenai ruang yang muncul dalam Festival Teater Alternatif 2003 di Gedung Kesenian Jakarta (13-20 Oktober 2003), di samping tema tentang ambruknya keagungan manusia. Tema yang sama perihnya dengan adegan perempuan yang mengelap vaginanya dengan tisu setelah berhubungan seks instan dalam pertunjukan Teater Sim dari Jakarta. Tisu-dan-vagina dibuat berhubungan paralel dengan mulut-dan-kertas-koran-lewat adegan pemain yang terus memamah kertas koran: makhluk pemamah berita yang kesepian dan terluka, juga dilakukan Teater Laskar Panggung dari Bandung. Satir seperti ini berlanjut lewat penggambaran karakter pemimpin Indonesia yang mengenakan kostum terbuat dari bendera Amerika dalam pertunjukan Teater Cermin dari Jakarta.

Keseluruhan pertunjukan dalam festival teater alternatif itu adalah sebuah "Indonesia yang sakit".

Pembunuhan terhadap "superpemaknaan"

Hampir seluruh tema lingkaran dalam pertunjukan mereka adalah sebuah ritual terhadap kemacetan, jalan yang buntu, tak ada pertumbuhan, lingkaran berputar atas ruang monokultur yang kian menjerat dirinya sendiri. Lingkaran mati. Lingkaran yang membunuh pertumbuhan.

Lingkaran muram dan mencemaskan seperti ini mendapat padanan progresinya yang anarkis lewat beberapa pertunjukan yang mengangkat tema pembunuhan terhadap orang tua, seperti dilakukan Teater 70 dari Jakarta, Teater Satu Bandar Lampung, kematian ibu pertiwi dalam pertunjukan Teater Kopra dari Manado, Dewi Keadilan yang diperkosa lalu dihukum sebagai pelacur dalam pertunjukan Sanggar Kampung Seni Banyuning dari Bali.

Kenapa ayah dan ibu harus dinegasi? Karena keduanya telah menjadi "superpemaknaan" yang membuat ketegangan terhadap sesuatu yang tumbuh, yang sedang berproses. Superpemaknaan cenderung membuat nilai-nilai diberlakukan sebagai keharusan, bukan sebagai pembelajaran. Pembunuhan ayah dan ibu adalah solusi negatif terhadap kemacetan. Ayah dan ibu tidak memiliki klaim total dan universal terhadap keseluruhan gerak anak. Karena itu, sistem kodenya yang totaliter harus dibunuh.

Solusi negatif terhadap otoritas ayah dan ibu ini memang tidak berlanjut ke konsekuensi estetika teater sebagai estetika tanpa ayah dan ibu.

Menyaksikan sebagian besar pertunjukan merasa masih seperti memasuki museum teater. Pembagian kerja dalam kerja pertunjukan belum berubah antara sutradara dan aktor, pembagian peran seperti dramaturgi, juga belum berubah, bahkan sebagian terseret ke peran-peran stereotip. Metafora yang dibuat menjadi verbal: keadilan yang diperkosa digambarkan lewat pemeran perempuan yang diperkosa, ibu pertiwi yang sekarat juga digambarkan lewat pemeran perempuan tua, yang kurus dan menderita.

Tubuh aktor masih menjadi beban pelabelan atas sejarah dan peran stereotip lainnya. Tubuh yang jatuh bangun, menangis, tertawa, dan dijejali kostum yang membuat tubuh menjadi polutif. Sensitivitas tubuh terhadap ruang, terhadap orang lain, kode-kode di sekitarnya, terhadap kata, terhadap benda-benda, reaksi-reaksi kimiawi dan emosi yang menggerakkan seluruh unsur biologis yang dimiliki tubuh masih dianggap instrumen yang tidak memiliki kemungkinan.

Sikap artistik terhadap panggung, pencahayaan, posisi penonton-dan-yang-ditonton juga belum mampu memberikan muatan terhadap pengertian "alternatif" yang mau dicapai. Eksistensi ruang pertunjukan belum menjadi pusat eksplorasi, masih meminjam infrastruktur pertunjukan pada umumnya. Teater Obong dari Surabaya cukup menarik perhatian dengan membuat cahaya di antara jerami kering yang dibawa oleh pemainnya. Atau pekerja seks yang tawar-menawar dengan robot (mobil-mobilan elektronik) dalam pertunjukan Teater Sim.

Sebagian besar pertunjukan mereka adalah rekreasi terhadap bentuk-bentuk sebelumnya dari berbagai pertunjukan alternatif yang terjadi sejak paruh akhir dekade 1970 hingga 1990-an, yang sebelumnya dimarjinalkan, dianggap sulit dimengerti, tidak mendatangkan penonton, tetapi kini justru dibawa ke Gedung Kesenian Jakarta yang sebelumnya dianggap sangat tertutup untuk pertunjukan-pertunjukan yang belum memiliki rekomendasi publik atau dari politik legitimasi kesenian.

"Estetika tanpa ayah dan ibu" adalah sebuah kemungkinan awal untuk kehidupan teater masa kini untuk bisa lebih dekat dengan fenomena masing-masing yang dihadapi langsung sehari-hari.

Teater alternatif solusi arsitektural pertunjukan

Teater alternatif bukanlah bentuk. Teater alternatif adalah solusi. Ia cenderung menjadi seni konseptual yang lebih banyak bermain di tingkat eksplorasi struktur dan bukannya bentuk. Kualitas dari solusi yang mau ditempuh yang nantinya akan menentukan alternatif seperti apakah yang mau dicapai. Solusi merupakan kata kunci dari jalan alternatif yang akan ditempuh. Cara membaca "solusi-terhadap-hal-apa" yang dihadapi akan menentukan seluruh konsekuensi alternatif yang ditempuh.

Teater Mahakam dari Samarinda yang menggunakan estetika sastra lisan dalam membangun imajinasi ruang tiba-tiba menjadi alternatif. Pertunjukan mereka memperlihatkan konsekuensi representasi terhadap teks yang berpengaruh langsung terhadap representasi ruang. Ruang diciptakan dalam imajinasi penonton. Cerita disampaikan di atas panggung, tetapi visualisasi cerita justru berlangsung dalam imajinasi penonton yang dibangun lewat pengalaman masing-masing penonton.

Atau Teater Anka Adika dari Bandung yang mendekonstruksi mitos Sangkuriang. Dekontruksi pertama, menjadikan peristiwa pengusiran yang dilakukan ibunya, Dayang Sumbi, terhadap Sangkuriang yang telah memakan jantung ayahnya sebagai momen editing perubahan ruang mitos menjadi ruang masa kini: Sangkuriang menjadi pengusaha sukses dan Dayang Sumbi menjadi penyanyi dangdut.

Dekonstruksi kedua, membangun telaga dan perahu dalam satu malam, diubah menjadi membangun mal dengan menggusur penduduk dalam satu malam. Gambar mal diturunkan dari atas panggung seperti pertunjukan wayang orang. Mal telah tercipta, tetapi penduduk yang telah tergusur berontak lalu membakar dan menghancurkan mal yang sudah tercipta. Ini pun tidak lantas Sangkuriang gagal mengawini ibunya. Sangkuriang tidak peduli dengan hukum keturunan bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya. Dengan berbagai cara ia memburu ibunya yang telah menjadi penyanyi dangdut. Cinta ditempatkan di atas segala-galanya walaupun harus melawan kodrat.

Solusi visual yang dilakukan dua pertunjukan di atas ditempuh dengan cara lebih substansial lewat pertunjukan Laskar Panggung dari Bandung, yaitu lewat penggambaran orang-orang yang digusur dengan solusi ditempatkan pada arsitektural rumah. Menciptakan rumah yang bergerak, rumah yang bisa melarikan diri. Rumah yang tidak terikat lagi secara permanen dengan tempat, dengan tanah.

Dalam diskusi, sebagian peserta masih menempatkan pengertian alternatif kepada target pembauran yang ditempuh. Pertunjukan menjadi alternatif sejauh pembauran yang dicapai. Pembauran masih merupakan target dan klaim utama mereka. Sikap alternatif di sini membaur dengan sikap romantik terhadap kesenian yang masih memburu pembauran. Dimensi lain dalam teater masih diperlakukan sebagai lembaga permanen. Hubungan kerja, manajemen pertunjukan, hubungan dengan penonton, komunikasi yang mau dicapai belum dilibatkan sebagai kemungkinan yang bisa membongkar estetika yang telanjur menjadi rezim.

See u...

Selamat pagi untuk teater yang bebas bersikap terhadap ruang dan berbagai hubungan sebagai bagian penciptaan.

Afrizal Malna Aktivis Urban Poor Consortium.

sumber: kompas.com, 2 november 2003

Diposkan oleh rumah teater di 11.25 1 komentar

PENTAS TEATER “KAPAI KAPAI” MIMPI MEMUNGUT IMPIAN

by MATDON

Abu dan Iyem sepasang suami istri miskin, pekerjaan Abu yang buruh pabrik tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, beras dan sembako lainnya naik deras sehingga kehidupan ekonomi keduanya makin terpuruk, ditambah kemalasan Abu yang kerap membuat Iyem marah.

Abu pun kemudian tenggelam dalam mimpi-mimpi indah, tiap saat ia bermimpi dapat menemukan cermin tipu daya yang dijanjikan Emak (mahluk semacam peri yang menuntun mimpi-mimpinya). Dongeng Emak telah mempengaruhi otak Abu demi mencapai impian menjadi orang kaya, cermin tipu daya yang didambakannya memang ia dapatkan meski berbarengan dengan maut yang menjemput.

Inilah sepenggal kisah dalam pementasan teater Laskar Panggung Bandung (LPB) dengan naskah “Kapai-Kapai” karya Arifin C Noer (alm) sutradara Kemal Ferdiansyah, di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jl. Baranang Siang 1 Bandung, 9 – 14 Pebruari 2007.

Kapai-Kapai adalah cermin diri masyarakat kota dewasa ini, cermin manusia yang selalu menginginkan harta benda dengan cara yang mudah, mencuri, lewat dukun, memelihara tuyul atau korupsi. Ketidakpuasan manusia terhadap sesuatu yang diberi Tuhan inilah yang membuat manusia lupa akan dirinya.

Abu dalam pementasan Kapai-Kapai, dan kita dalam pementasan sesungguhnya, sama-sama berada dalam perjalanan yang nyata dan tidak nyata, tidak bisa membedakan mana mimpi mana kenyataan. Abu yang lugu dan bodoh tidak menyadari bahwa cermin tipu daya adalah senjata yang ada pada dirinya, sebuah cermin hidup yang dapat digali lewat pantulan diri sendiri. Namun lantaran jiwanya miskin ia terombang ambing oleh rayuan sang Emak yang memberi isyarat bahwa suatu saat perjalanan Abu terganjal batas kemampuan.

Abu memang akhirnya berhasil menemukan cermin tipu daya dan mencapai ujung dunia sampai ia ajal. ”Satu satunya kesalahan adalah kelahirannya dan ia bernama manusia, sekiranya Adam yang satu ini tidak memiliki apa-apa yang disebut impian, nisacaya ia dapat merasa aman, ia tidak akan tahu apa-apa, takan pernah memiliki apa-apa bahkan apa yang disebut mati,” ujar Bulan, salah seorang tokoh fiktif dalam lakon ini, demi melihat jiwa Abu yang miskin.

Neo Arifin C Noer?

Mengapresiasi pementasan “Kapai-Kapai” yang dimainkan LPB sangat menarik, naskah yang ditulis Arifin C Noer pada tahun 1968 ini merupakan naskah penting dalam dunia teater di Indonesia, Kapai-Kapai ikut mengawali titik mula teater modern Indonesia bersama WS Rendra. Gaya Arifin yang menyuguhkan absurditas lakon diatas panggung mampu ditafsir secara tegas oleh Kemal sebagai sutradara, lelaki kelahiran tahun 1978 ini

Memang dikenal oleh publik teater Bandung sebagai sutradara muda cerdas dan memiliki masa depan yang bagus.

Pemenggalan antara kisah Abu di alam nyata dan impian Abu merupakan sesuatu yang rumit, penonton diajak untuk memeras fikiran yang dapat menentukan kisahnya, namun Kemal berhasil melewatinya dengan tanpa cacat. Ini mengingatkan kembali gaya Arifin yang sesungguhnya. Sepeninggal Arifin pada bulan Mei tahun 1995 lalu, dunia teater nasional sangat kehilangan tokoh sutradara yang “nakal” dalam pemanggungan peristiwa, sampai akhirnya lahir LPB pada bulan Nopember 1995 dengan format gaya Arifinisme, bukan meniru tapi memaknai jiwa naskah Arifin. Bahkan selama 12 tahun LPB berkiprah dalam dinia teater, selalu memliki cirri khas yang tak dimiliki kelompok tetaer lainnya di Bandung khususnya.

Salah seorang pendirinya Yusef Muldiyana sekaligus penulis skenario dan sutradara, menggiring LPB menjadi teater dengan tarian, nyanyian dan gerakan yang khas. Selama 10 tahun Yusef dikenal publik teater nasional sebagai Neo Arifin C Noer sampai akhirnya ia berani “menyerahkan” tampuk penyutradaraan LPB pada Kemal dan pada naskah Kapai-Kapai ini Yusef menjadi salah seorang pemainnya. Nyatanya Kemal mampu mempertahankan ciri khas itu. Meski baru tiga kali menyutradarai tidak berlebihan kiranya jika Kemal merupakan Neo Arifin C Noer 2 setelah Yusef.

Kemal berteater sejak tahun 1996, sudah banyak naskah yang ia mainkan khususnya naskah naskah Arifin seperti Kucak Kacik, Tengul dll serta sejumlah naskah yang dutulis Yusef. Jebolan STB yang juga main di Actors Unlimited (AUL) dan Kelompok Maintetaer ini mengawali menjadi sutradara lewat “Semar Gugat” karya N. Riantirano dan “Aktor Mencari” yang ia tulis sendiri.

Menuurt Yusef, eksistensi sutradara dalam sebuah kelompok teater begitu penting, maka regenerasi sutradara di tanah air menjadi penting, sebab tanpa regenerasi, sebuah kelompok teater akan mati bersama kematian sutradaranya. Contoh ke arah situ sudah banyak, Teater Ketjil hilang ditelan sejarah seiring meninggalnya Arifin, Teater Populer tenggelam begitu Teguh Katrya wafat, terakhir STB yang dikenal sebagai kelompok teater tertua di tanah air hingga hari ini kesulitan mencari sutradara sekelas Suyatna Anirun.

Laskar Panggung rupanya sedang menghindari ketakutan itu……..

sumber: http://matazibril.multiply.com/

Diposkan oleh rumah teater di 11.10 0 komentar

Kelurahan Cinta versi Laskar Panggung Bandung di STSI Bandung

Pentas Pasang-Pasangan Manusia di Kelurahan Cinta
by Argus Firmansah

Seorang suami dengan dua istrinya masuk ke pentas dan menari-nari, sesekali bergerak kaku dengan pakaian ala seniman. Nampaknya memang sutradara teater, Yusef Muldiyana bermaksud menyimbolkan kehidupan seniman yang selalu bergerak dengan tampilan compang-samping, disertai bahasa yang tidak dimenegrti oleh orang lain. Dan mereka tampak bahagia dengan begitu. Lampu meredup, hingga sedikit cahaya saja yang masuk ke pentas, sebuah fragmen film independepn mengisi ruang pentas di mana seorang istri menggantung diri setelah mondar-mandir dalam keputus-asaannya. Mereka yang bermain peran dalam garapan Laskar Panggung Bandung adalah: Kemal, Ria, Ucan, Feby, Ani, Arya, Tuti, Vira, Nineu, Gigi, Dona, Niki, Yopie, Niki Nugraha, Surya, Tomi, Arfan, Ndang, Usman, Babas, Yoyo, Alvin (lighting), Katho, Lukman, Azrin, Andrevo.

Terkesan mengerikan memang. Adegan pertama diawali dengan pemutaran frgamen film layaknya berita kriminal di televisi. Suasana dramatis itu dicairkan dengan suara nyanyian para ibu-ibu muda dan pelajar sekolah yang liriknya berbunyi, “Rame…rame…tidak sekolah….marilah kita bodoh bersama….Rame…rame…malas bekerja…..masrilah kita miskin bersama….” Penonton pun tertawa sembunyi-sembunyi mendengar seruan koor di samping panggung dengan setting vocal group itu.

Babak kedua narator dalam rupa master of ceremony memperkenalkan pasangan-pasangan yang hidup bermasyarakat di Kelurahan Cinta. Penonton tertawa terbahak ketika satu per satu memperkenalkan diri. Semua keluarga beristri lebih dari satu, kecuali Ikin yang beristri satu sebagai tukang cukur dan Euis pulen yang dipanggil Islen yang bersuami dua. Alkisah, Euis adalah wanita banal yang sering digerayami oleh pemuda dan suami-suami di Kelurahan Cinta. Tubuhnya yang seksi kontan membuat lelaki sekelurahan bernafsu padanya.

Pagi hari, setelah ayam berkokok, istri-istri rumahan membangunkan suami mereka untuk pergi mencari uang. Namun jawaban mereka saat dibangunkan selalu minta tenggang waktu sepuluh menit, setelah itu mereka baru mau bekerja mencari nafkah. Hari itu akan dilaksanakan Pilkada, pemilihan Lurah baru. Karena Lurah yang lama sakit menahun dengan jenis penyakit yang sangat parah dan susah untuk meu sembuh. Satu per satu para calon berorasi dengan rekaman video yang ditayangkan pada layar di belakang panggung. Uniknya di sana, semua calon menawarkan konsep-konsep yang menjerat masyarakat. Ada yang memang berniat menyengsarakan rakyat dengan korupsi, memeras, dan lain-lain. Kata kunci pidato mereka hampir semua sama. “Awas…Jangan pilih saya…Jangan Pilih Saya!!”

Tenang saja. Kampanye politik yang tidak lazim itu hanya ada di pentas teater musikal saja. Nama-nama partai pun terdengar unik dan plesetan, sebuat saja Partai Awal Nasional, Partai Asmara; singkatan dari Partai Aspirasi Masyarakat Ramai, Partai Kebra; Partai Kesejahteraan Para Koruptor. “Jangan Pilih Saya!! Ingat Itu!!” itulah moto mereka. Malam pun datang menjelang. Penonton disajikan adegan tempat perjudian. Pak Daramang kalah judi, sehingga pakaiannya harus ditanggalkan untuk membayar kekalahannya. Pulang ke rumah pun berbohong pada istri dengan mengaku bahwa pakaiannya disumbangkan kepada orang yang tidak mampu. Padahal sudah jelas dia kalah judi. Karena terdesak kebutuhan finansial keluarganya, istri Daramang meminjam uang kepada tetangga untuk membayar uang sekolah anak-anaknya. Daramang pun protes. “Kenapa pinjam uang ke tetangga? Dari mana kita membayar uang pinjaman itu,” ujar Daramang kesal pada istri.

Lain halnya dengan Ikin, si tukang cukur yang selalu bersuara kuda setelah namanya dipanggil istri kesayangannya. Ia bermimpi menjadi bintang film. Lampu di pentas kembali diredupkan. Sebuah fragmen film pendek karya Laskar Panggung Bandung ditayangkan. Dalam film itu Ikin berperan sebagai anak sedang memetik gitar membawakan lagu Iwan Fals yang berjudul “Ibu”. Namun yang menjadi bahan tertawaan penonton adalah peran Ikin dalam film itu sebagai pencuri. Peran itu disebabkan oleh tuduhan ibunya (dalam film) ketika memetik gitar handphone-nya berdering. Setelah ia menutup panggilan telepon dari kawannya, Sang Ibu merasa heran dari mana anaknya punya barang itu padahal belum pernah ibu dan bapaknya memberi uang lebih untuk membeli barang seperti itu.

Adegan kembali menyajikan Daramang. Setelah kalah judi dan pusing memikirkan bagaimana membayar uang yang dipinjam istrinya dari tetangga, Daramang berselingkuh dengan Euis. Hingga dikisahkan Euis hamil. Kedua sumi Euis pun bingung, itu anak siapa. ”Itu anak saya atau dia?” ujar suami Euis saling tunjuk satu sama lain.

Teman-teman Daramang yang suka main judi bersama Daramang melihat Melati, istri Daramang pergi dengan lelaki lain. Tentu saja informasi itu disampaikan kepada Daramang ketika main judi. Perselisihan pun terjadi. Kekerasan dalam rumah tangga divisualkan dengan adegan pembunuhan Daramang oleh istrinya. “Sudah berapa wanita kau tiduri, Daramang?” Tanya Melati kepada suaminya sambil teriak kesal. “Seribu!” jawab Daramang, lalu balik bertanya, “Sudah berapa laki-laki yang menidurimu, Melati?” Dan Melati menjawab, “Seratus!” “Gila.” Sahut Daramang. Perselisihan pun berlanjut dengan perkelahian. Akhirnya, Daramang ditusuk dengan pisau dapur oleh istrinya. Karena takut juga istri Daramang menusukan pisau itu ke tubuhnya hingga ia pun mati.

Kabar terpilihnya Lurah baru diumumkan. Pemenangnya adalah Cep Durasim. Kontan Durasim marah-marah dan kecewa dengan hasil pemilihan Lurah itu. Padahal, “Saya kan sudah katakana…Jangan Pilih Saya!! Jangan Pilih Saya!!” katanya. Durasim menolak terpilih jadi Lurah, namun warga Kelurahan Cinta menyetujui hasil pemilihan tersebut. Karena tidak menolak jabatan maka Durasim melakukan hara-kiri alias bunuh diri. Kemudian bayi-bayi lahir tanpa ibu kandung mereka. Suasana tragedi kembali terasa. Suasana pentas menjadi chaos, kacau balau. Orang-orang berlarian ke sana kemari seperti diguncang gempa bumi yang dahsyat. Pementasan pun berakhir demikian.

***

Sebuah pementasan cantik dan menarik digelar oleh kelompok Laskar Panggung Bandung. Pementasan yang melibatkan aktor dan aktris pemula dari pelajar SLTP hingga mahasiswa itu mampu disajikan dengan cukup apik pada Sabtu malam (25) kemarin di Gedung Patandjala, STSI Bandung. Pentas teater yang disisipi dengan adegan film independen produksi Laskar Panggung Bandung berjudul “Rumah Dalam Kepala Kuda Atau Kelurahan Cinta”.

Pentas teater garapan Laskar Panggung Bandung malam itu berkisah tentang kehidupan pasangan-pasangan cinta orang-orang pinggiran di sebuah kelurahan yang namanya Kelurahan Cinta. Perselingkuhan, perjudian, hingga seks bebas menjadi peristiwa kehidupan manusia di sana sehari-harinya. Sebuah potret masyarakat yang malas, dan penuh libido biologis itu diperankan oleh pemain baru di panggung teater di Bandung. Namun demikian, permainan mereka sangat intens dan serius membawakan peran mereka masing-masing.

Imajinasi yang sederhana tentang kehidupan sehari-hari masyarakat pinggiran itu merepresentasikan masalah lapangan pekerjaan yang sulit, suami-suami berpoligami, ada juga seorang istri berpoliandri. Dengan alasan yang beragam padahal masyarakat di Kelurahan Cinta itu sudah lama meninggalkan shalat. Para suami bangun siang, dan malas mencari uang dengan pergi pagi-pagi. Keseragaman budaya nampak pada pagi hari ketika suami-suami atau istri yang mencari nafkah selalu bangun terlambat. Tiap kali mereka dibangunkan untuk pergi bekerja selalu beralasan, “Sepuluh menit lagi…saya masih ngantuk,” ujar para suami. Tentu saja gerutu istri-istri mereka terdengar dari bilik-bilik rumah kontrakan mereka.

Pentas teater musikal plus pemutaran fragmen film itu seolah menjadi bentuk trend baru dalam kancah teater di Bandung. Sebuah bentuk teater yang berangkat dari selera pasar. Karena memang harus diakui bahwa penonton sinema elektronik lebih menjanjikan ketimbang penonton teater. Apalagi memenej penonton baru dari segmen anak-anak muda. Tidak sedikit kelompok teater banting tulang, bahkan banting setir untuk menanamkan ingatan kolektif pada kelompok teaternya di kalangan generasi muda.

Apa yang dilakukan oleh Laskar Panggung Bandung memang bukan kali pertama yang menerapka strategi pemasaran dengan pengemasan baru dari produksi teaternya. Namun paling tidak, sebagai wadah kreatifitas anak-anak muda Bandung dalam kesenian teater di Bandung patut dihargai sebagai upaya menghidupkan teater di Bandung setelah Studiklub Teater Bandung di era tahun 1970-80-an.

Apalagi wacana teater modern masa kini banyak yang mengembangkan metabahasa dalam bentuk visualnya. Yaitu sebuah pertunjukan teater yang tidak lagi beranjak dari gagasan tekstual, sastra darama, melainkan gagasan artistik visual seperti misalnya menggunakan bahasa gerak tubuh. Tubuh sebagai teks dan subteks itu sendiri. Seperti yang telah diungkapkan Afrizal Malna dalam sebuah diskusi buku “Ekologi Sastra Lakon Indonesia” karya Jakob Sumardjo pada Sabtu (25/8) di GSG STSI Bandung. “Teater sekarang berjalan sendiri-sendiri. Dan teks tubuh tidak harus dimengerti sebagai kematian teks dramatik,” katanya.

(Argus Firmansah/Kontributor lepas Koktail - Jurnal Nasional)

Diposkan oleh rumah teater

Selamat Datang Di Blog Laskar Panggung Bandung

Walau sandiwara hanya pura-pura
tapi sandiwara bukan hura-hura
dalam sandiwara banyak perkara
ada perkara asmara
ada prahara
bewara tentara perwira
suara rakyat sengasa
ada kisah duka lara
ada cerita gembira
yang direka sutradara
dalam jiwa yang membara

Cari Blog Ini

Entri Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

Langganan

Postingan

Atom

Postingan

Komentar

Atom

Komentar

Laskar Panggung Bandung

saat latihan kuburan air

Saras

Tampil di Laskar Panggung dalam lakon Hamster Makan Bulan

Adi Rasidy

Main di Laskar Panggung dalam pementasan Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-ewek " karya Danrto, sutradara Yusef Muldiyana

Vona Agfian

Pernah berlatih di Laskar Panggung

Cep Gorbachev

Menciptakan lagu untuk Laskar Panggung - Memusiki Obrog Owok-Owok Ebreg Ewek-ewek

Ferry Curtis

Menjadi Pemusik Laskar Panggung Bandung pada pementasan BANPOL di Denpasar Bali dan membantu dalam pentas ANTIGONE

Nagya Andreti

Tampil bersama Laskar Panggung pada Musikalisasi puisi dan Dramatisasi puisi berjudul "Lantaran Anjeun" Di Gedung Sunan AMbu STSI Bandung dan di Gedung Indonesia Menggugat

Yunis Kartika

Sutradara Ontosoroh ini, bergabung mulai dengan Laskar Panggung pada pementasan BANPOL di Taman Budaya Jawa Barat dan STSI Denpasar Bali

Eva Sri Rahayu

Adik kandung Yunis Kartika ini tampil sebagai pemain saat Laskar Panggung pentaskan "Rumah Dalam Kepala Kuda" Ia juga mempunyai adik kembar bernama Evi Sri Rezeki.

Wisnu

Bergabung dengan Laskar Panggung tahun 1006, kini ia mengalami kebutaan total. Kini ia membentuk teater yang semua anggotanya kaum tunanetra dan sudah beberapakali tampil

Santi

Sanit yang biasa dipanggil Atiw, masih anggota Keluarga Besar Laskar Panggung

Betty Suseno

Tampil di Laskar Panggung dalam pementasan :Pendeta Dan Pelayan serta ikut proses Kocak-Kacik

Fitri Siti Rohimah Mardiyyah'odzo

Aktivis/sutradara kabaret ini adalah anggota Laskar Panggung Bandung

Anton Abox

Komedian dan Penyanyi "cucunguk" ini pernah tampil bersama Laskar Panggung dalam judul WOW (Wasiat Oh Wasiat)

Hikmat Astapraja

Hikmat menjdi pemusik saat Laskar Panggung menampilkan pagelaran berjudul "Kopiah dan Sarung" yang di pentaskan di Hotel Homan dan di Kantor Pusat PLN.

Estee

Esti, sering mendukung pementasan Laskar Panggung selain pemain juga membantu publikasi

Tya Setiawati

Tya Setyawati yang kini bermukim di Padangpanjang beberapakali terlibat dalam pementasan Laskar Panggung termasuk ketika L:askar Panggung Bandung tampil di STSI Padangpanjang

Ki Daus (Dadang Usman)

Ki Daus sudah sering tampil di Laskar Panggung dan sempat dibawa keliling Sumatera pada tour Laskar Panggung

Diani

Diani menjadi pemeran utama dalam garapan Laskar Panggung berjudul "Hamster Makan Bulan tahun 2006

ANI

Ani Kebon Pisang anggota lama Laskar Panggung Bandung

Sikat Sikut Sakit oleh Laskar Panggung Bandung

Laskar Panggung Bandung sebuah kelompok teater yang didirikan pada tanggal 20 November 1995, pada tahun ini terpilih sebagai “Peraih Hibah Seni Kelola – Hivos” akan menampilkan sebuah karya inovatif berjudul “Sikat Sikut Sakit” karya/sutradara Yusef Muldiyana yang akan dipentaskan pada :

Hari/tanggal : Jum’at, Sabtu/ 20-21 Agustus 2010

Waktu : Pukul 20.00 – 21.00 WIB

Tempat : Gedung Indonesia Menggugat

Jln. Perintis Kemerdekaan no.01 Bandung

085659219602 – (022) 70081641

Pementasan ini merupakan lakon drama yang tak lazim. Karena bentuk yang disajikan merupakan bentuk inovasi dan eksplorasi di bidang teater. Tentu saja tanpa menghilangkan ciri khas dari karya-karya Laskar Panggung Bandung. Pementasan ini di dukung pula oleh aktor-aktor muda berbakat dan potensial.

“Sikat Sikut Sakit” lahir dari perenungan realitas yang terjadi di masyarakat, khususnya di bidang kesehatan, dari mulai habit kesehatan di Indonesia, isu-isu kesehatan, pelayanan kesehatan, hingga bermacam-macam sikap masyarakat dalam menghadapi sakit. Menariknya sakit yang disoroti di “Sikat Sikut Sakit” tidak hanya sakit secara fisik, tapi mental, jiwa, dan rohani.

Penonton diajak untuk mengenang atmosfer rumah sakit, dan turut berperan dalam pementasan ini. Dengan penyampaian yang sederhana “Sikat Sikut Sakit” akan mudah dicerna dan dinikmati oleh siapa saja, dari golongan apa saja. Tanpa disadari mendapatkan penyuluhan kesehatan. (kt)

Oos

Oos merupakan anggota baru Laskar Panggung Bandung

Tya

Tya juga salah satu aktris cilik yang aktif di Laskar Panggung

Fitrianasari Dewi (IPIT)

Ipit menjadi peran Ipah dalam pementasan Bulan dan Kerupuk berpasangan dengan Lucky Lukman sedangkan pasangan Bulan dan Kerupuk klasik yang dimainkan 12 tahun lalu di Bandung, Jogja, Jakarta adalah Kemal Ferdiansyah dan Ria Elisa Mifelsa. Peran Ipah sempat juga diperankan oleh Giggie Yaizka dan Tiwi Sakhuhachi.

Lestea

Lestea. aktris Laskar Panggung Bandung yang jago bermain hulahup dan karateka dan 4

Febby Mimi

Mimi sedang mencari subsidi buat Laskar Panggung

Giggie Yaizka

Apa kabar Laskar Panggung?

Orhien (Rina Handayani

Aktris berbakat kebanggaan Laskar Panggung ini sempat berniat memutilasi dirinya di panggung Taman Budaya Jawa Barat

Luky Lukman

Penata Artistik andalan Laskar Panggung ini kerap sekali kehilangan hand phone

Chanti Ayu Kinanti

Uchan yang selalu kangen pada Laskar Panggung Bandung

Nurina Permata Putri

Nunu (Rina) Tak akan pernah lupa pada Laskar Panggung

Babas & Catra

Babas & Catra merupakan asset Laskar Panggung

Safa Marwah

Safa Marwah merupakana salah satu aktris cilik dari beberapa seniman bocah yang ada di Laskar Panggung

Yusef Muldiyana

Saat memerankan Pangeran Hamlet

Label

Babas (1)

Tentang Yusef Muldiyana

YUSEF MULDIYANA

Tigaperempat Usia Mengabdi Teater

Yusef Muldiyana lahir 2 September 1961. Karier teaternya dimulai bersama Teater Ge-eR Bandung. Lalu bergabung dengan Teater Lisette pimpinan Yessi Anwar tahun 1979 sampai 1982. Sempat bergabung dengan Studiklub Teater Bandung sebagai aktor dalam King Lear, Don Carlos, Perang Troya, Kekawen Kawin, Julius Caesar, Kekawin-Kawin, Inspektur Jendral, Pagi Bening. Pada 1998, menyutradarai Suyatna Anirun (almarhum) dalam Nyanyian Angsa. Tahun 1987 bergabung dengan Teater Ketjil dan banyak belajar menulis naskah hingga Arifin C Noer wafat 1995. Pada 2003 ikut terlibat Musuh Masyarakat bersama Actors Unlimited. Tahun 2008 terlibat dalam pagelartan Woyseks karya George Buchner bersama Teater Bel dengan sutradara Erry Anwar.

Anak kedua dari lima bersaudara ini, lahir dari ayah-ibu Sunda yang punya hobi bermain musik. Tapi Yusef kecil lebih sering tinggal di perkebunan milik kakeknya di Kasomalang, Subang. Dia melihat Kakeknya bikin sandiwara dan banyak mahasiswa teater tampil di perkebunan. Sejak usia 5 tahun sudah terbiasa melihat tontonan. Dia melihat orang-orang asyik latihan teater dan menonton pementasannya. Dia tertarik. Tapi karena waktu itu dianggap masih kecil, Sang Kakek melarang Yusef terlibat. Sang ibu, pernah main dalam lakon Studiklub Teater Bandung berjudul Sumpah Sakti Gunung Jati, yang dipentaskan di Cirebon.

Memasuki SD, ketertarikannya terhadap sandiwara seolah menemui muara. Yusef bergabung dengan kelompok sandiwara di SD dan kian kental ketika SMP. Yusef mengagumi Guru Bahasa Indonesia, yang berhasil mempengaruhinya agar gemar membaca. Sang Guru mengajari cara membaca secara tepat. Penting tahu isi karya secara mendalam di samping tahu judul dan pengarangnya. Pada masa inilah minat Yusef membaca karya sastra, tumbuh.

Setelah lulus SMA, 1983, Yusef melanjutkan studi ke Institut Perhotelan dan Kepariwisataan. Di tahun yang sama, dia ikut Acting Course Studiklub Teater Bandung, Angkatan ke-3. Tapi pada 1985 Yusef mengambil studi yang berbeda dengan perhotelan. Dia mendaftar ke Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, yang kala itu masih bernama Akademi Seni Tari Indonesia, ASTI. Baru setelah itu, Yusef berkelana ke berbagai kelompok teater, antara lain; Teater Ge-eR, Teater Bel, Studiklub Teater Bandung, dan Teater Ketjil.

Perjalanan edukasi formal dan non formal, telah memantapkan Yusef menjadi seorang kreator. Yusef mengawali kariernya di teater sebagai aktor, kemudian menyutradarai dan menulis drama.

Jatuh bangun dalam pencarian tambatan hati mewarnai perjalanan berteaternya. Ada suatu masa dengan rentang waktu cukup panjang, dimana Yusef ‘bersetia’ pada cinta yang terbentuk sejak masa kecil. Kenangan yang justru menghantarnya pada pertemuan dengan Lina Herlina, yang kemudian dia sunting sebagai isteri. Dengan dukungan penuh Sang Istri, Yusef kian memantapkan diri di ranah teater. Dari pernikahannya, Yusef dianugrahi dua putra yang diberi nama Raka Patria Elmagfira dan Demas Pradita Elsobira.

Bersama Laskar Panggung, selain menyutradarai karya penulis lain, Yusef juga menyutradarai karyanya sendiri. Antaranya; Manusia Dalam Botol, Lautan Membatu, Bulan dan Kerupuk, Banyolan Politik, Hamster Makan Bulan, Ngompol, Rumah Dalam Kepala Kuda, Kutu-kutu Kota Kita. Selain aktif di dunia teater, Yusef juga aktif sebagai penggiat film independen di Bandung. Karya filmnya; Melati dan Belati (2002), Maunya Beli Kapal (2003), Bpak Tidak Percaya (2003) Klepto (2004) dan Kecemeng (2004).

Yusef menyabet gelar Juara-3, dengan naskah berjudul Bulan dan Krupuk dalam Sayembara Penulisan Naskah Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1998. Karyanya itu, konon bersaing ketat dengan N. Riantiarno sebagai Juara-2 dan tanpa Juara-1. Produksi teater yang telah mencapai angka 247 merupakan prestasi tersendiri di tengah resistensi kelompok-kelompok teater. Hingga kini, tigaperempat hidupnya dia abdikan untuk dunia teater.

KARYA PENYUTRADARAAN

Bersama Laskar Panggung

1995, BERDASI , DEWI ASRI STSI Bandung

Upper Cut I & II, YPK Bandung

1996, Manusia Dalam Botol, Bandung

Lautan Membatu, Bandung

1997 Tujuh Orang Indonesia, Bandung

Beri Aku Sunyi, Bandung

Amat Mati Di Sini, Bandung

Mahal Euy Mahal

Bumi Kosong Langit Kosong

Yang Terasing (Pantomim)

1998 Perawan Dalam Kaleng (Kidung Tanah Air)

Kocak-Kacik , Arifin C Noer, Bandung

Raja Lieur, Karya Wa Kabul

Kopeah dan Sarung karya Arthur S Nalan

Ketika Raja Sakit, CCF Bandung

Monolog Juru Kunci, CCF Bandung

1998 s/d 2007, Bulan & Kerupuk/Yusef Muldiyana, Bandung, Jogja ,Jakarta,

STSI Padang Panjang

1999, Banyolan Politik (BanPol)/Yusef Muldiyana, Bali

Kacamata Kaki Lima/ Deddy Koral, Bandung - Bali

2000, Tengul, Karya Arifin C Noer

Bersama Wajah Setan/Yusef Muldiyana, Bandung

2001, Ngompol di Langit Mengencingi Kepala Ibu/Yusef Muldiyana

2002, Peti Mati/Yessi Anwar, Bandung

Obrog Owok-Owok – Ebreg Ewek-Ewek / Danarto, Bandung.

2003, Ngompol Ketika Kursi di Atas Kepala/Yusef Muldiyana, Jakarta

2004, Muslihat Akbar/Yusef Muldiyana, Lampung, Jambi, Pekan Baru,

Jakarta.

Ajalna Sang Bentang Pilem, dari cerpen karya Duduh Durachman

2005, Semar Gugat/ Nano Riantiarno / sutradara Kemal Ferdiansyah

Sangkuriang I am crazy about you, Yusef Muldiyana, Bandung.

2006, Hamster Makan Bulan, Yusef Muldiyana, Bandung

2007, Kapai Kapai/Arifin C Noer

2007, Angling Asih

Cinderella For Malin

Rumah Dalam Kepala Kuda

Kelurahan Cinta/Yusef Muldiyana

Kutu-kutu Kota Kita/Yusef Muldiyana, Jakarta-Bandung

Monolog Markendos/Yusef Mildiyana/ Pemain Heliana Sinaga

Monolog Kunci Kontak/ Yusef Muldiyana/ Pemain Tyas

2008, Antigone, Bandung

Jangan Kencingi Sumurku, Bandung

Indungna Sial, Bandung

Lantaran Anjeun, Bandung

Deng-Deng-Deng/ Yusef Muldiyana, Bandung

Zombie/Yusef Muldiyana/ PPJ Bandung

2009, Wekdor/Yusef Muldiyana/ Bandung

Kuburan Air/Yusef Muldiyana

Kisah Perjuangan Suku Naga/WS. Rendra (Bandung Mengebang Rendra)

Di Saung Udjo, Bandung

Mataya/Ria Elisa Mifelsa

Opera Wong Pe Hung/ Kemal Ferdiansyah, Bandung

2009 s/d 2010 , Dari Wak Menuju Tu versi 1 hingga 5

2010, Anu Siga / Yusef Muldiyana/ Kawali Ciamis & Bandung

Monolog Lipstik Dan Sarung/ Yusef Muldiyana/ Pemain Ria Elisa

Mifelsa/ di UNPAD Bandung

Sikat Sikut Sakit

Wafatnya Sang Qori’ah

Yusef Muldiyana alias Yusmul, dikenal Yusef

Jl, Cipamokolan No. 25 Bandung

Telepon: +62-22-7534875

HP: 081320542145

e-mail: laskarpanggungbdg@yahoo.com

FB: Yusef Muldiyana

(Kontributor: Yunis Kartika)

Total Tayangan Halaman

Laskar Panggung Bandung

Dari Wak Menuju Tu versi 3

Orhien (Rina Handayani)

Dari Wak Menuju tu versi 3 Laskar Panggung Bandung di Sunan Ambu STSI Bandung

Iwan Lonceng

Iwan Lonceng, aktor kahot yang pernah terlibat dalam beberapa produksi Laskar Panggung Bandung

Hanief

Sekjen Gedung Indonesia Menggugat ini terlibat sebagai pemeran dalam pementasan Laskar Panggung "Manusia dalam Botol" dengan kostum sekujur tubuhnya dibalur tanah liat

Dindin CGI

Dindin CGI merupakan salah seorang yang sering menjadi penata musik Laskar Panggung dan pernah tampil sebagai pemain dalam pementasan "Raja Lieur"

Tria Anggapura

Tria akan kembali lagi ke Laskar Panggung

Dedi Warsana

DEWA (Dedi Warsana) Aktif di STB, CCL, Lakon dab Laskar Panggung Bandung.

Abuy Asmarandana

Abuy Asmarandana seorang seniman sukses dan kreatif yang pernah bergabung dengan :Laskar Panggung

Zaenal Jurnal

Pertamakali tampil di Laskar Panggung pada pementasan "Peti Mati" Karya Yessi Anwar dengan sutradara Yusef Muldiyana

"Musik Gerak Kata dan Rupa Dua" Dikunjungi Ratusan Pencinta Seni

Senin, 11 Oktober 2010

"Musik Gerak Kata dan Rupa Dua" Dikunjungi Ratusan Pencinta Seni

TAMANSARI,(GM)-
Ingar-bingar penyelenggaraan Pasar seni ITB tenyata tidak menganggu pelaksanaan acara seni "Musik Gerak Kata dan Rupa Dua" di Kebun Seni Tamansari, Minggu (10/10). Ratusan pengunjung datang silih berganti untuk menyaksikan pertunjukan karya seni seperti pembacaan puisi, teater, monolog, dan musik.

"Pengunjung yang datang ke sini memiliki selera tersendiri, jadi tidak terganggu dengan penyelenggaraan Pasar Seni ITB," ungkap Ketua Paguyuban Kebun Seni Tamansari Bandung, Deddy Koral kepada "GM", Minggu (10/10).

Menurut Deddy, acara seni di Kebun Seni Tamansari dimeriahkan 100 seniman, baik individu maupun kelompok. Di antaranya Godi Suwarna, Atasi Amin, Dedi Warsana, Komet Radenroro, Majelis Sastra, Matdon, Laskar Panggung, Mukti-Mukti, Ganjar Noor, Marta Topeng, Nendytian Band, The Cherrys Band, dan Digoens Percussion.

"Mereka tampil lepas, tidak terganggu dengan penyelenggaraan Pasar Seni ITB di kampus ITB yang lokasinya tidak jauh dari Tamansari. Yang paling banyak pengunjungnya Sabtu malam, sedangkan hari Minggu jumlah pengunjung memang banyak, tapi berbaur dengan pengunjung ke Kebun Binatang Bandung," paparnya.

Deddy pun mengungkapkan, meski waktunya bersamaan dengan Pasar Seni ITB, namun pelaksanaan acara seni Tamansari tidak terganggu. "Para pengunjung sah-sah saja jika ingin menyaksikan Pasar Seni ITB. Toh sama-sama mengangkat seni di Kota Bandung," katanya.

Dikatakan Deddy, Musik Gerak Kata dan Rupa Dua bertujuan untuk menghidupkan acara seni di Kebun Seni Tamansari yang selama ini mati. "Pasar Seni Tamansari sejak dibangun hingga sekarang tidak pernah menghidupkan kesenian. Karena itu, saya ingin menghidupkan pasar seni ini dengan kesenian," ungkap Ketua Komunitas Pasar Seni Tamansari Bandung ini.

Menurut Deddy, acara yang digelarnya ini bukan untuk menyaingi Pasar Seni ITB. Acara di Pasar Seni Tamansari bisa juga disebut acara pendukung Pasar Seni ITB.

"Kami tidak bermaksud menyaingi Pasar Seni ITB, tapi kami ingin menghidupkan Pasar Seni Tamansari," katanya. (B.81)**

Ratna S Ningsih

Ratna, senang berlatih sampai pagi

Indrawan Babil

Selalu Rindu Laskar Panggung

Kireina Tensai

Pemeran Tokoh Juleha dalam DARI WAK MENUJU TU produksi LASKAR PANGGUNG BANDUNG

Wahid Sanggakaruma

Pemeran tokoh DR.Gani dalam Dari Wak Menuju TU produksi Laskar Panggung

Catatan ANWAR SISWADI tentang "dari wak menuju tu"

Komedi Kawin-Cerai Sabtu, 17 Juli 2010 | 12:05 WIB Besar Kecil Normal foto Adegan pementasan "Dari Wak Menuju Tu" garapan Laskar Panggung pada acara "Pertemuan Teater Bandung" di GK. Sunan Ambu STSI Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/7) TEMPO Interaktif, Bandung - Rajabela berteriak-teriak memanggil Sulastri yang tengah mengaji di dalam rumah. Sepulang kalah berjudi, tukang minum itu minta agar istrinya membukakan pintu yang ternyata tak dikunci. Sambil mabuk dan marah, ia lalu mengajari istrinya cara membaca Al Quran yang benar. "Saya mualaf, Mas, baru belajar. Daripada Mas hanya teori saja," balas Sulastri datar dengan logat Jawa. Tak tahan hidup bersama pengangguran, Sulastri akhirnya minta dicerai. Rajabela menyanggupi tanpa ratapan. Dari sini, perjalanan cinta nan panjang dimulai. Rajabela yang insyaf kemudian mencari kerja dan menjadi petugas Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja. Ia pun menjalin hubungan baru dengan Dasilva. Namun perempuan aktivis kemanusiaan itu tak sudi dipinang karena petugas Satpol akrab dengan kekerasan. Dasilva lebih memilih Kris Kelana, seorang guru. Tapi perkawinan mereka tak bertahan lama. Kris yang kerempeng kemudian menjadi petinju kacangan dan mengawini Juleha sang penari. Lagi-lagi rumah tangga mereka bubar karena Juleha diberitakan selingkuh. Perkawinan Juleha selanjutnya dengan Gani, seorang pelukis, pun bubar. Gani memilih perempuan lain. Seperti pada sebagian kalangan selebriti, masalah cerai dan gonta-ganti pasangan itu terasa semudah membalik telapak tangan. Teater Laskar Panggung Bandung mengemas rantai cerita seputar kawin cerai itu sepanjang 140 menit. Walau lumayan panjang, lakon berjudul Dari Wak Menuju Tu yang dipentaskan Gedung Kesenian Sunan Ambu Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung, Jawa Barat, itu jauh dari membosankan. Memadukan puisi, pantun, tari, nyanyian, dan lagu ciptaan sendiri, naskah garapan sutradara Yusef Muldiana itu tampil begitu segar dan menghibur. Balutan humor lewat bahasa tutur dan tubuh yang langsung menghentak sejak awal pertunjukan pukul 20.00 WIB, tak henti mengocok perut hingga menjelang drama usai. Simak ketika tokoh Janggo berkenalan dengan seorang gadis bisu yang cantik. Saat ditanya tempat tinggalnya, si gadis memutar tangan kanannya seperti sedang mengaduk air di dalam gelas. Janggo menerkanya sebagai air yang dalam bahasa Sunda disebut cai atau ci. Belum tuntas sampai di situ, gadis bernama Mimin itu kemudian mengeluarkan kertas ampelas dari tasnya. "Oh, Cihampelas," kata Janggo tak kuat menahan tawa. Selain bahasa Sunda, pementasan terakhir di acara Pertemuan Teater Bandung, pada Jumat malam kemarin itu menyelipkan dialek Betawi, Padang, Batak, Ambon, Madura, India, juga bahasa Inggris. Dialog tentang cinta juga diselingi kritik sosial seputar koruptor, nasib guru honorer, seniman, serta gosip seputar artis. "Buah semangka ada di Mina, buah pepaya ada di kutub. Nggak disangka nggak dinyana, Luna Maya ada di YouTube," kata seorang pemain berpantun. Separuh dari seluruh aktor yang berperan lebih dari 2 tokoh adalah anak-anak dan remaja. Mereka bermain sama luwesnya dengan pemain dewasa, bahkan kerap bersaing kelucuan yang mengundang riuh dan tepuk tangan. Rasanya tak ada ruang dan sisi yang bolong dari alur yang sengaja dibuat lompat-lompat dari adegan ke-15, 4, 9, dan seterusnya itu. Saat diumumkan di awal pertunjukan, memang terdengar bakal terasa rumit. Nyatanya alur sesederhana kostum para pemain yang akrab dipakai orang sehari-hari. Begitu pula tata panggung yang dibuat tiga tingkat, dari lantai hingga panggung tambahan di tengah panggung utama. Penyinaran lampu juga terlihat pas dan lancar, termasuk menyorot para penyanyi yang ditempatkan di tengah penonton dan mengantar aktor yang kerap muncul dari belakang kursi. Kembali ke babak awal, sosok Sulastri dan Rajabela yang telah berubah 180 derajat akhirnya bertemu lagi di akhir cerita. Rajabela yang telah menjadi orang alim sebagai ustad, mendapati jasad Sulastri setelah menenggak minuman keras. Dari dunia lain, Sulastri memanggil mantan suaminya agar dibukakan pintu. Laskar Panggung yang didirikan aktor teater Yusef Muldiana dan Dedy Koral pada 1995, telah mementaskan 432 pertunjukan. Kelompok paling produktif itu pernah mencatatkan rekor penonton terbanyak ketika pentas perdana dengan lakon Manusia dalam Botol pada 1996. ANWAR SISWADI

John Heryanto

ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

Deden Rengga

Seniman bergelar master dalam kesenian ini sempat berperan sebagai tokoh Darim dalam drama kocak-kacik karya Arifin C Noer pada produksi :Laskar Panggung tahun 1998

Ayi Kurnia Iskandar

Ayi Kurnia merasa bangga menjadi salah satu bagian dari Keluarga Besar Laskar Panggung Bandung

Dari Wak Menuju Tu

John Heryanto (kiri) & May Ramadhan (kanan)

Sepiring Naturalisme (Oleh John Heryanto)

Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton"

(Emile Zola)

itulah naturalisme yang akan dihidangkan dalam sikat sikut sakit,karya/sutradara:yusef muldiyana

dan menurut kang yusef sendiri bahwa naturaisme yang akan kita jalani masih tetap dalam koridor estetika. Bahwa kesenian yang kita lakoni adalah sesuatu yang sungguh-sungguh tapi bukan sungguhan. Jadi kalau ada aktor memerankan orang muntah tak perlulah ia muntah betulan sehingga penonton menjadi mual tapi muntah yang bukan sungguhan itu ia jalani dengansungguh-sungguh.

karena mau tak mau saat pertunujakn berlangkung tentu penonton haruslah pula mendapatkan kenyamanan dan ketenangan saat menyantap hidangan pertunjukan,dan itu pun menjadi pertimbangan bagaimana sebuah naturalisme itu dihidangan.dan menurut Bang Keleeng (astrada)bahwa naturalisme yang akan dihidangan dalam sikat sikut sakit di sisni memiliki pandangan yang berbeda dengan naturalisme dalam seni rupa, bila dalam seni rupa merupakan penggambaran objekrealistis keindahan alam dengan dibatasi kanvas, sedangan naturalisme dalam sikat sikut sakit merupakan penggambaran dari keseluruhan kehidupan yang bukan peniruan dari yang terkecil menjadi besar bahkan sampai pada puncak distorsi yang dibatasi dengan seluruh diindingnya adalah mata penonton.

dan naturalisme merupakan sebuah gerakan yang didasari atas filsafat determinisme yang lahir dikalangan proletar yang sangat memuja ilmu pengetahuan .dan natularisme sendiri merupakan anak kandung dari gaya representasional atau realisme yang lahir di tengah kekacauan tradisi positivistik revolusi industri di perancis dan sebagai reaksi pemapanan romantisme pada abad ke 19.sedangkan natulisme pada zamannya lahir dari kalangan proletar yang memuja ilmu pengetahuan. tokoh tokoh natulisme dalam teater diantaranya ,Maxim Gorky,Andre Antoine dan Emile Zole dll.

sedangkan menurut irwan jamal bahwa:

"Naturalisme lebih terkait pada doktrin biologis dan doktrin sosialdeterministik dari penganutnya" (Emile Zola). Determinism itu doktrin.yang yakin bahwa segala sesuatu diakibatkan oleh yang lain, akting yang membungkus teater dengan konvensi naturalisme mungkin bisa digali sebagai produk dari hukum sebab-akibat biologis.

Stanislavskyfasih sekali dalam gaya akting ini, tulisan-tulisannya banyak membicarakan tentang akting sebagai proses sebab-akibat, orang-orang mendefinisikannya sebagai gaya akting realisme. Memang, gaya akting,atau azas akting itu dalam pengertiannya hanya ada 2, azas akting realisme dan non realism.

Dalam teater akting hanya salah satu unsur dari bermacam unsur. Sedangkan teater itu sendiri terdiri dari berbagai unsur pembangunnya (Naskah, sutradara, aktor, penonton. tatapanggung, tata lampu, kostum, make up, tata suara dan musik).Pengertian teater naturalisme, atau pengertian teater dalam isme2lainnya adalah pengertian holistik dikarenakan pertemuan unsur2pembangun teater yang beragam itu. Dalam pentas teater Konvensi estetika atau isme, adalah bungkus dari berbagi unsur yang membangunnya.

lalu bagaimana rasanya naturalisme dalam sikat sikut sakit itu yang sebernya? mari kita bersama-sama bersantap pada tanggal 20-21 agustus 2010 di Gedung Indonesia Menggugat...........................................................!

BERSAMBUNG

Foto Ridwan Obos

Minat di pemerana

PENGALAMAN SAYA DI LASKAR PANGGUNG"RIDWAN AP OBOS"

Laskar Panggung adalah sebuah kelompok TEATER yang di Sutradarai oleh Abah Yusef Muldiyana teman2x saya sering memanggilnya Ayah tapi saya berbeda dengan yang lainnya karena saya teringat kepada Kakek saya yang sudah meninggal dunia kakek saya sangat mirip sekali dengan Yusef Muldiyana,saya sangat senang sekali bisa bergabung dengan Laskar Panggung dengan begitu saya bisa menambah ilmu,teman,pengalaman dan wawasan baru tentang TEATER,kuliah di STSI BANDUNG mengambil jurusan TEATER minat PEMERANAN.

ANU SIGA

JUDUL CARITA

ANU SIGA

KARYA

Yusef Muldiyana Saparakanca

Karya Yusef Muldiyana

Dipintonkeun

ku

LASKAR PANGGUNG BANDUNG

Kacaturkeun di hiji nagara anu Siga Nagara Republik Indonesia. Eta Nagara anu siga Republik Indonesia teh dipingpin ku hiji Presiden anu siga Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Eta nagara ngabogaan Menpora anu siga Andi Malaranggeng. Boga Persatuan Sepak Bola anu siga PSSI, dipimpin ku hiji konglomerat anu siga Nurdin Halid. Ngan anu siga PSSI teh can bias milu anu siga kompetisi anu siga piala dunia. Nagara Republik anu siga Indonesia teh kaasup nagara anu lega. Rahayatna rea, tanahna oge leuga. Eta nagara dibagi jadi sababaraha hiji provinsi. Aya provinsi anu siga Jawa Barat, aya provinsi anu siga Sumatera Barat , aya anu siga Kalimantan Barat, aya anu siga Sulawesi Barat , aya anu siga nusa tenggara barat, aya anu siga Irian Barat, aya anu siga Kabupaten Bandung Barat oge aya anu siga Kasomalang Kulon.

Rahayat nagara anu siga Indonesia boga karesep lalajo sinetron dina anu siga elevisi , aya anu resep lalajo sinetron anu siga cinta anu siga fitri, anu siga cnta anu siga fitri dua , anu siga cinta anu siga fitri 3, 4 jeung anu siga cinta anu siga fitri special anu siga ramadhan, aya oge anu resep lalajo anu siga infotimen, saripaning anu siga dahsyat, anu siga silet jeung anu siga sajabana.

Di Nagara Anu siga Indonesia aya hiji anu siga vokalis band kawentar anu siga Aril Peterpan. Manehna cicing di kota anu siga Bandung di jalan anu siga Antapani. Walikota anu siga Badung the taya lain jalmi anu siga Dada Rosada. Minangka lagu anus siga peterpan anu panglarisna nyaeta lagu anu siga “Ada Apa Denganmu” Sanajan jelema anu siga Aril teh kasohor dina widang nembang tapi sora nembangna mah eleh keneh ku GODI SUWARNA , da moal aya deui jalma anu bisa ngelehkeun sora Godi Suwarna, apan puguh ngarana oge Godi Suwarana. tangtu jeritna maratan langit, koceakna maratan jagat, ngajegur maratan lembur. Ngaran lengkep Godi Suwarna. Nyaeta Godi Suwarna RF alias Raja Fesbuk.

Di Nagara anu siga Republik Indonesia teh aya loba pisan seniman ti mimiti tukang nyandiwara, tukang ngibing , tukang nabeuh, tukang maca sajak jeung sajabana. Di Nagara anu si Indonesia oge aya hiji penyair anu siga Matdon, Anu siga Syaiful Badar, aya tukang potret anu siga bebeng, anu siga Fari Salman salakina anu siga Nia Juliawati , aya penari anu siga Neng Peking jeung aya sutradara anu siga Gusjur Mahesa, oge aya almukarom anu siga Agus Jamhur, anu siga Tantan MG jeung kiai anu siga Wa Otman Atmo. Aya oge nu resep golep nyaeta anu siga bapak anu siga uing.

Hiji mangsa nagara gudjrud ku ayana video mesum anu nembongkeun artis-artis sohor keur anu siga tekdung-tekdung. Artis anu aya dina video eta taya lain jelema anu soga aril keur umplak uneng jeung artis anu siga Luna Maya oge jeung artis anu siga Cut Tari. ARIEL teh nyaeta singkatan: A= Asa aung pangkasepna. Rea awewe nu di uta kinung kumanehna. I= Ih da enya atuh saha wae diuta kinung. E= Eh da sumuhun atuh si eta mah. L= Lah geus pokokna si eta mah tua kinung lah.

Artis anu siga Luna Maya teh awak rapang ku Tato. Ari Luna Maya enyaanan mah hiji tatona nyaeta gambar kukupu. Tah anu siga Luna Maya mah tatona rea dimasar tina popotongana. Bageula anu siga Luna kungsi bobogohan jeung anu siga bengkel, atuh dina lengen anu siga kenca dijieun gambar anu siga knalpot. Bobogohan jeung anu siga pemaen sepak bola, dina anu siga tonggongna digambaran tato anu siga Stadion Siliwangi. Bobogohan jeung anu siga pagawai restoran atuh saawak awak pinuh ku sarupaning anu siga sambel goring ati, kurupuk udang, tahu tempe rujak cuka opor ayam lidah bayah kasreng delengdage tutut belut jambu aer ikan mas gurame soto madura kwetiaw capcay bacang galendo sate gule kambing rending balado dicampur angeun kacang, lodeh , peda, peuteuy, jengkol, kangkung bayeum sop. Loba deui tato-tato sejenna. Ngan panungtungan anu siga Luna Maya the bobogohan jeung anu siga tukang cet tembok, atuh saawak-awak dipulas bodas nepikeun tatona beak tinggal anu siga kukupu wungkul.

Tah lamun anu siga Cut Tari , sanggeus ditalungtik ku para anu siga pakar, samememeh jeung ariel teh kungsi selingkuh jeung anu siga lalaki aya kana tilu puluhna, diantarana pernah bobogohan jeung anu siga Juniarso Ridwan, Jeung Anu siga Deri Andriawan, jeung anu siga Ayi Kurnia, jeung anu siga Bahuy jeung anu siga sajabana.

Sanagara geunjleung. Pulisi, tantara, satpam, hansip ditugaskeun piken nyangkalak sing saha wae anu lalajop video eta. Malahan mah artis-artisna dibawa ka rtmah sakit. Numutkeun bidan , jelema anu siga Aril, anu siga Luna jeung anu siga Cut Tari tek, mengidap panyawat TBC alias teu boga cedo. Matak ngerakeun kolot. Kolot jelema anu siga Aril dirawat di rumah sakit kulantaran kaserang panyakit “nangisitis” atawa” lewehterusis” , gejalana biwir jebleh, panon baseuh, efekna saputangan jibrug bawaanna sedih. kudu diubaran ku tegarisil atawa OBH (obat beberah hate) oge kudu ngadahar obat insyafidol tilu kali sendok makan saacan jeung saenggeus mandi. Eta panyakit lewehterusis atawa ceurikitis B, lamun diantepkeun bakal jadi panyakit “ngadatitis” gejalana gede ambeuk sok haying nampiling batur bari tuluy katarajang virus 4 ng ; ngajerit, ngagoak, ngagorowok, ngoceak.

Kajantenan sarupi kitu ulah diturutan ku urang-urang. Komo make kudu ngalikeun adegan porno bari lain jeung pamajikan atawa alaki. Ih bararaid teuing. Ulah ah ulah diturutan. Bisi kaserang sifilis. Sifilis tea. Sipilis nyaeta mangrupa panyakit anu siga kelamin anu matak tepa. Ayana Sipilis lantaran awak geus kena ku bakteri spiroseta Treponema pallidum.

Tapi aya anu leuwih bahaya ti sipilis nyaeta militeris. Anu pangloba-lobana kena ku sipilis nyaeta tentara jeung pagawai negeri. Apan loba pagawai negeri sipilis, tentara sipilis, hansipilis jeung anu sajabana.

Anu siga carpon ieu dikarang ku anu siga Yusef Muldiyana

Khusus dijieun keur acara “Nyiar Lumar” di Situs Astana Gede Kawali Ciamis

26 Juni 2010 pas bulan purnama

Selamat Datang

Selamat datang penonton sekalian sebuah lakon akan kami sajian lakon sederhana untuk tua dan muda

Pentas Laskar Panggung di STSI Bandung

Dari Wak Menuju Tu

Ayie S Bukharry

Kang Ayie Buklhary yang setia pada kesenian ini berikrar tak akan menikah sebelum Laskar Panggung Bandung mendunia.

Rinrin Candraresmi

Berjuang demi Laskar Panggung

Bunga & Arianty

Bunga dan Arianty merupakan penyanyi andalan Laskar Panggung Bandung

Hilman

Tampil di Laskar Panggung dalam Kuburan Air dan Dari Wak Menuju Tu versi 2

Raden Rifni

Adik Kandung Raden Hilman , pentas di Laskar Panggung dalam Kuburan Air dan Dari Wak Menuju Tu versi 2 sebagai Rosmawati

Jean Marlon Tahitoe

Jean tetap setia pada Laskar Panggung

Entri Populer

orhien rina lagi nyanyi
"MEI MALAM AKSI" atawa Panggung Bulanan#3

"Mei Malam Aksi" atawa Panggung Bulanan#3 adalah sebuah acara untuk merayakan malam makar. kepada indonesia kami persembahka...
WAKWAK-WEKWEK

segalanya bersumber dari telur dan sebuah telur adalah penghidupan. segalanya berawal dari yang terkecil,yang acap kali dilupan tapi adakal...
"MUNGGAH SPIRITUAL IS POWER"

LASKAR PANGGUNG BANDUNG, KERJASAMA DGN MAJELIS SASTRA DAN KEBUN SENI, MENGGELAR ACARA RUTIN "PANGGUNG BULANN feat PENGAJIAN SASTRA...
SAJAK RINDU (laskar panggung bandung)

SAJAK RINDU (laskar panggung bandung) oleh Indrawan Babil pada 04 November 2010 jam 3:39 bukan karena aku punya pacar di laskar pangg...
LIGA PUISI head to head (FESTA Laskar Panggung)

sepak bola memang lebih populer dari pada teater,sastra dsb.maka jangan heran bila ada pertandingan sepak bola acara-acara kesenian harus di...
...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

oleh John Heryanto Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khus...
SURAT CINTA UNTUK 15 TAHUN LASKAR PANGGUNG

oleh: John Heryanto 15 tahun sudah Laskar panggung berkiprah di khazanah kesenian Indonesia sejak 1995 samapi sekarang (2010). Laskar Pan...
ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50 Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saj...
Sebelum Terbakar (Thank to Nature)

kepada bumi: "kami tidak pernah mewarisinya dari orang tua kami kami meminjamnya dari anka cucu kami kami menjinjamnya dan kelak ak...

Laman

Beranda

LASKAR PANGGUNG BANDUNG. Tema Perjalanan. Gambar tema oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.